Gadis
mungil berlesung pipi, begitulah diriku. Hidup di dunia telah melewati
seperempat abad, sungguh sebuah hidup yang patut disyukuri. Ada banyak hal yang
aku syukuri dalam perjalanan hidupku. Tumbuh dengan badan berukuran pendek
pastilah selalu mendapat bullying
dari lingkungan sekitar. Namun, aku yang tak mengindahkan itu, berfokus pada
diriku, mimpi-mimpiku, dan prestasiku. Walhasil, orang melupakan si “aku” yang
bertubuh pendek, dan hanya mengingat si si “aku” yang berprestasi. Aku
bersyukur, sedari kecil aku selalu punya “something” yang aku mau dan ingin aku
tuju, meskipun lagi-lagi banyal hal yang menjadi rintangan. Ekonomi keluarga
yang menengah ke bawah membuatku berpuasa untuk melanjutkan mimpi-mimpi
besarku.
Namun,
Allah selalu punya takdir indah untukku. Aku ingat, sewaktu aku ingin
bersekolah ke Pesantren setamatnya sekolah dasar, orang tuaku tak mampu. Bukan
sekali itu saja, ketika akan melanjutkan Sekolah Menengah Atas, aku ingin
melanjutkan ke SMA Pertanian, orang tuaku pun tak mampu, dan saat aku ingin
melanjutkan perguruan tinggi ke PTN favoritku, kami pun tak punya daya upaya.
Namun, ternyata apa yang takdir Allah berikan padaku memang patut aku syukuri.
Meski tak masuk pesantren, aku bisa bersekolah di SMP terbaik dengan guru-guru
terbaik yang menghantarkanku dengan prestasi terbaik, serta memiliki
teman-teman yang hebat dan menyenangkan. Di sekolah lanjutan atas, meskipun
bukan merupakan sekolah favorit, dan pembelajaran di sekolah tersebut pun tidak
lebih baik dari pembelajaran semasa aku SMP, namun aku juga bertemu dengan
teman terbaik dan menghantarkanku masuk ke PTN dengan beasiswa untuk
melanjutkan mimpi-mimpiku. Ya, meski bukanlah PTN yang aku impikan, namun aku
mendapat jurusan yang sesuai dengan minat bakatku, aku yang menyukai dunia
sastra sejak kecil. Aku sangat bersyukur Allah mengirimku untuk mencicipi
manisnya takdir di kampusku. Menempa diriku menjadi pejuang, bertemu dengan
orang-orang dengan bakat dan pemikiran hebat yang belum pernah aku temui
sebelumnya. Aku yang harus ditempa mampu memanajemen waktu dan diri, karena
harus bergelut dengan banyaknya tugas kampus hingga harus begadang, belum lagi
aku harus berjualan untuk memenuhi kebutuhanku, ditambah lagi pelbagai kegiatan
organisasi dan komunitas yang banyak aku geluti; mulai dari komunitas teater,
kepenulisan, hingga dakwah kampus. Satu hal besar yang aku syukuri tatkala aku
berada di kampus, aku berdekatan dengan Jalan
Menuju Allah, hijrah dan berkenalan dengan dakwah. Sungguh semua nikmat
yang sangat wajid disyukuri.
Sebuah hadiah terbesar dari Allah yang sangat aku syukuri
berikutnya adalah aku memiliki orang tua yang selalu mendukungku. Yah, banyak
hal yang harus aku syukuri di dunia ini. Memiliki mimpi-mimpi, komitmen dan
prinsip, berbagai pengalaman perjalanan hidup, memiliki orang terdekat dan
orang-orang di sekitar yang selalu memberikan aura positif untukku, dan ada
Allah yang selalu menyertaiku.
Sedari kecil aku memang tau “sesuatu” yang aku mau. Dan
aku juga bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana teman sejati mana yang
melukai. Aku yang menyukai sastra senang melakukan sesuatu yang dapat memenuhi
kesukaanku itu. aku ingat, dulu masih SD, aku punya teman yang selalu bertukar
cerita dongeng. Aku juga senang menulis cerita dan puisi. Aku suka membacakan
puisi di depan khalayak. Aku pun suka menulis drama dan bermain peran.
Kebanyakan prestasiku memang di kesusastraan. Karena aku tau apa yang aku mau,
aku selalu mencari segala hal yang ingin aku coba, aku temukan, dan aku
lakukan. Aku ingat sebuah quote yang
menjadi awal inspirasi kekuatanku, “Hidup sekali, maka hiduplah yang berarti”.
Aku selalu ingin mengartikan apa yang aku mau, apa yang aku impikan. Memiliki
kisah hidup tak biasa, yang penuh suka duka, riwayat keluarga yang tak
sempurna, hingga bullying yang aku
terima, membuatku ingin membuktikan sesuatu, bahwa “I’m small, but I’m not small”. Satu hal yang aku pahami, Allah
telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, dan tak ada satu pun
makhluk yang patut saling mengutuk. Aku ingin kembali pada Allah dengan pribadi
yang terbaik, dan meninggalkan dunia dengan kisah yang terbaik, itulah sumber
kekuatanku.
(Fitrah Nuraidillah Nst; tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas OLLOUT JSAN)